ASSALAMU'ALAIKUM

SELAMAT DATANG KE RUMAH SAYA.

WELCOME TO MY HOUSE

Jumat, 04 Januari 2008

BENCANA KITA


Sejak tahun 2004 Republik ini dirundung bencana berkepanjangan, mulai dari yang ringan sampai yang menelan korban dalam jumlah besar. Kita tidak bisa lupa musibah Adam Air di Medan, tsunami di Aceh, gempa di Nias, kecelakaan kereta api, sampah longsor di Bandung, gempa di Sulawesi dan yang paling anyar gempa di Yogyakarta., Innalillahi wa Innailaihi roji’un. Kata orang Barat, alam sedang marah. Kata orang kita, Tuhan menegur kita.
Rangkaian bencana ini mengundang berbagai komentar, mulai dari yang serius sampai yang setengah bercanda. Dalam berbagai obrolan informal saya mendengar orang-orang berkata bahwa bencana ini disebabkan karena bawaan presiden kita (SBY) memang panas, lho kok bisa ? Apa hubungannya sosok seorang pemimpin dengan bencana alam ? Saya tidak yakin akan kebenaran hal itu. Saya fikir, bencana ini salah kita semua. Sejak dahulu kala bencana itu sudah ada. Sejak ribuan tahun lalu murka Tuhan selalu disebabkan oleh perbuatan suatu kaum atau bangsa, bukan karena salah para pemimpin semata. Kitab-kitab suci agama Samawi banyak berkisah tentang ini, semisal kisah nabi Nuh, Luth dan Musa.
Kembali ke bencana kita. Mungkin Tuhan sedang jengkel kepada bangsa ini dan Dia ingin menegur langsung. Kita sering melanggar perintah-perintah-Nya, banyak tindakan kita yang tak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh para Rasul-Nya. Kita sering berbuat zolim terhadap orang lain dan diri kita sendiri. Negeri ini sekarang penuh dengan praktek-praktek menghalalkan segala cara. Fitnah, purbasangka dan membuka aib orang lain, sepertinya bukan lagi suatu dosa. Hanya karena SMS dan surat kaleng orang dapat segera masuk “Jel” (bahasa Inggeris-nya Jail), salah atau benar urusan belakang, yang penting masuk dulu.
Mencari-cari kesalahan tampaknya sudah menjadi hobby sebagian dari kita, maling teriak maling sudah menjadi lagu indah. Yang penting, kita untung dan orang lain yang rugi. Kita senang melihat orang lain menderita lahir dan batin, apalagi bila penderitaan itu dapat memberi keuntungan bagi kita. Kita merasa bahagia bila orang lain jatuh, kita tidak pernah perduli kejatuhan itu juga membawa penderitaan kepada seluruh anggota keluarga orang itu. Kita suka sekali menciptakan opini bahwa orang itu baik dan orang ini buruk, kita tak perduli kalau hal itu mengarah pada perbuatan adu domba. Kalau dibuat daftar, sungguh panjang deretan dosa dan salah kita. Itu-lah potret kita saat ini, wajah kita tidak lagi bersih, wajah kita sudah penuh dengan lumpur. Kita sepertinya sudah menjadi kaum yang zolim.

Bengkulu, 28 Mei 2006

(H. Musiardanis)

Tidak ada komentar: