ASSALAMU'ALAIKUM

SELAMAT DATANG KE RUMAH SAYA.

WELCOME TO MY HOUSE

Kamis, 03 Januari 2008

SINGAPURA

Hampir semua orang di dunia ini kenal Singapura, kota yang punya semboyan The Most Shocking City of the World (Kota yang paling menggetarkan di dunia). Kota ini dikenal sebagai negara pedagang perantara (broker), barang apa-pun di dunia ini mereka jual, memang posisi mereka di Selat Malaka sangat strategis untuk perdagangan. Tak heran kalau negara pulau yang kecil ini menjadi sangat kaya. Dengan kekayaan yang mereka miliki, Singapura mampu “membeli” apa saja di muka bumi, termasuk pertahanan dan keamanan.
Awalnya Singapura merupakan bagian dari negara Persekutuan Tanah Melayu, yang memperoleh kemerdekaan dari Inggeris pada 1958. Namun, pada akhir tahun 1960-an, Singapura melepaskan diri dari Persekutuan Tanah Melayu — yang telah berganti nama menjadi Negara Federasi Malaysia. Mungkin salah satu alasan Singapura membentuk negara sendiri karena sebagian besar penduduk mereka bukan lagi dari ras Melayu, tetapi Cina. Tak aneh, kemudian Singapura menetapkan bahasa Mandarin (Kuo Yu) sebagai bahasa nasional yang utama, di samping bahasa Melayu dan Inggeris.
Sebagai negara dengan jumlah sumberdaya manusia yang kecil, dan letaknya yang terjepit oleh negara-negara Melayu yang besar, merasa kurang nyaman. Mereka-pun kemudian membangun kekuatan angkatan bersenjata dengan bantuan Israel. Mereka memilih Israel sebagai pelatih karena menganggap kondisi Israel yang “terkepung” oleh negara-negara Arab mirip dengan kondisi Singapura. Di samping itu mereka juga membangun teknologi perang mereka secara besar-besaran.
Tampaknya membangun kekuatan militer saja tidak cukup bagi Singapura. Mereka juga berusaha keran membangun ekonomi dan teknologi agar menjadi pemimpin di Asia Tenggara. Dengan kekuatan uang mereka membeli apa saja dari negara-negara tetangga, misalnya pembelian Indosat. Keterbatasan luas wilayah merupakan kendala tersendiri bagi Singapura untuk mengembangkan kekuatan militer (khususnya Army). Hal ini mereka pecahkan dengan meminjam berbagai kawasan di luar negeri sebagai basis militer mereka.
Nah, saat ini mereka juga berusaha melakukan negosiasi dengan kita, dengan kemasan perjanjian kerjasama pertahanan (DCA). Persoalannya, apa keuntungan yang diperoleh Indonesia seandainya perjanjian ini disepakati ? Paling-paling memperoleh uang sewa pangkalan dan pusat-pusat pelatihan militer, seperti di Baturaja (Sumsel). Dampak lain yang akan kita terima lebih banyak kurang menguntungkan.
Salah satu dampak yang serius adalah kemungkinan tumbuhnya kecurigaan negara-negara “Melayu”, seperti Malaysia dan Brunai Darussalam, terhadap negara kita. Selain itu, penguasaan kepemilikan Indosat dan adanya kantong-kantong militer Singapura di Indonesia, akan memberikan dampak yang kurang baik dipandang dari sudut intelijen. Yang segera mengemuka adalah wilayah Selat Melaka dan Laut Cina Selatan akan menjadi zona militer, dan ini akan sangat mengganggu aktivitas penerbangan komersial yang masuk dan keluar Indonesia.

Bengkulu, 16 Juli 2007.

(H. Musiardanis)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

JAMES GWEE versus PARAMESWARA
“ The Tales of Two City”

Tak pelak lagi James Gwee adalah Motivator paling laris di Indonesia saat ini, termasuk juga di Palembang, terutama teknik – teknik memotivasi karyawan, dan materi lainnya, seperti handling complaint professionality, professional Telephone Skill and Customer Service dan seminar-seminarnya selalu dipenuhi oleh tenaga pemasar dan front liner dari berbagai perusahaan, mengapa seminar James selalu dipenuhi peserta padahal materi seminarnya bukan materi yang luar biasa, dan sudah sering dibawakan oleh tenaga pengajar lainnya, banyak orang yang mengatakan jika factor utamanya adalah kemampuan presentasi James yang luar biasa disertai networking Media yang cukup baik, plus James adalah orang Singapura peranakan Melayu yang mampu memahami prilaku orang Indonesia dengan baik dan sangat fasih berbahasa Indonesia, sementara sebahagian besar professional Singapura dididik dengan bahasa pengantar Inggris, dan Mandarin, selain itu positioning Singapura selalu dipersepsikan satu level lebih tinggi dari Jakarta, apakah pendidikan, disiplin, efisiensi, dan prilakunya cenderung dianggap lebih baik dan menjadi Inspirasi orang-orang Asia Tenggara. Jadi apapun barang dan jasa yang dibranded dari singapura di persepsikan orang Indonesia pasti lebih baik, padahal belum tentu, sebahagian besar materi tekstil banyak berasal dari Indonesia, dan di branded di Singapura dengan harga yang lebih tinggi. Kemampuan menggali dan membuat perubahan ini juga mereka tunjukkan ketika orang-orang pemerintahan di Singapura mau Libur sehari untuk memahami strategi baru tentang Marketing “Blue Ocean Marketing” .

Lalu apa kaitannya James Gwee dengan Parameswara, ternyata ada kaitan histrorical marketing yang sangat kuat, karena strategi marketing pertama di Singapura dan Melaka justru diajarkan oleh leluhur orang Palembang. Dengan kata lain siasat bisnis pertama dalam perdagangan pada abad ke 14 diajarkan oleh parameswara hingga ke raja-raja Melaka selanjutnya. Di dalam Sejarah Melayu dan Sejarah Indonesia Parameswara adalah bangsawan Palembang yang lahir tahun 1334 M yang Hijrah ke Temaseek (Singapura) ketika Sriwijaya ditaklukan Majapahit dan dia berhasil membangun Bandar di Singapura dan Malaka pada abad ke 14 , di dalam catatan buku kuntala Sriwijaya dan Swarnabumi karangan DR Slamet Mulyana, dijelaskan bahwa Parameswara adalah bangsawan yang mempunyai bakat bisnis yang luar biasa dan mampu mengelola pelabuhan Malaka berkat kemampuan dan pengalaman dari leluluhurnya di Palembang dalam mengelola pelabuhan Melayu (jambi). Pada masa itu Parameswara mampu memaksa kapal-kapal yang berlayar di Selat Melaka untuk singgah, dan bongkar muat di Pelabuhan Malaka, serta memungut biaya dari pemakaian gudang dan lalulintas pelayaran di Selat Malaka. Desa Malaka yang tadinya merupakan desa nelayan dan tanah yang tandus menjadi ramai sebagai Bandar tempat persinggahan, semenjak itu berubahlah desa nelayan menjadi kota pelabuhan dengan gudang-gudang penyimpanan yang lengkap, ternyata kemampuan Bisnis ini didapat ketika dia masih menjadi bangsawan di Palembang, Menurut buku sejarah peradaban manusia zaman Sriwijaya bahwa pada pertengahan abad 14, Palembang dikelola oleh seorang Demang (Mahapatih ) yang Sangat bijak yaitu Demang lebar Daun, dan dari hikayat yang lain menyebutkan bahwa nama Singapura diberikan oleh pameswara dan Demang Lebar daun ketika melakukan ekpedisi ke Temasek/Tumasik.

Di dalam sebuah Workshop “ The Tale of Two City” yang di selenggarakan MarkPlus bulan Juni yang lalu Hermawan Kertajaya memandu dua pembicara pertama setiadi Ongko orang Indonesia yang mampu menaklukan Singapura dengan Atelier Eastnya di bidang Properti, yang kedua adalah James Gwee orang Singapura yang berhasil menaklukan Indonesia, yang mengungkapkan tentang stategi marketing James dalam menaklukan Pasar Indonesia Untuk Bisnis training, dan betapa James berkesimpulan tidak ada strategi marketing yang tepat untuk Indonesia karena prilaku manusianya yang heterogen dan dia melihat bahwa pasar Indonesia merupakan pasar yang besar dan konsumtif ” Huge and Hungry Market” , apapun yang di lempar di Jakarta pasti dibeli oleh orang Jakarta sedangkan di Singapura semua sangat efisien, efektif, padahal abad ke 14 yang lalu nenek moyang orang Palembanglah yang berhasil membangun perdagangan di Malaka dan Singapura, mengapa sekarang tidak walahualam, Paling tidak spirit yang muncul pada masa swarnabumi dan Sriwijaya tersebut menghilhami kita tentang keteguhan hati, semangat membangun yang tinggi, dengan keterbatasan sumberdaya, kedisiplinan, kebijakan, Demang lebar Daun dan Parameswara untuk bangkit, dan tampaknya spirit itu telah mulai muncul di Sumsel pada strategi pelabuhan Samudera Tanjung Api-api dan konsep kota taman yang memberi warna baru kota Palembang dan di Bank Sumsel spirit itu muncul lewat Giro Demang. So What Gitu Lho!